Selasa, 27 April 2010

Rasa salah Maafkan aku Ayah…

Seretanku yang mematikan, Ayah…
Tau kami, tapi aku biangnya…
Aku tau Ayah, ku direndam lautan nanah dan perahunya ku tenggelamkan selama bersatu, peleburan yang tak kunjung lalu.
Aku tau Ayah… Sungguh hati berselisih perebutkan poloku. Ku ingin Ayah… Sungguh mau..
Keringkan yang basah dengan handukmu, tak sua aku terhadapmu, belum…
Buahmu ku simpan, sayang isinya membusuk, maafkan aku Ayah…
Maafkan mantumu, geramnya tak mau ku perhatikan, ku hanya senyum membutuhkan… Salah diri berlari tak terangkat kaki.. Ayah… Maafkan aku….
Aku tau itu tempatku, selokan luas nan panas.. tapi diri selalu gusar menyerbu iba..
Kali madu, bidadari mencumbu, berapa ribu lagi? Bukan kecing aku, tapi aku tau di sana tak mungkin berlari malaikat geram cambukan didih besi, Ngeri….
Tapi usili aku saja di dunia fana yang tak panjang usia, ku bertanya atas nama rasa….
Ragaku terkikis arang angus perlahan, badan yang selalu ingin dituruti hasutan ternikmat sesaat yang buyarkan ragaku dalam tujuan arti hidup sesungguhnya


02 August 06

0 komentar:

Posting Komentar